Hj Ratna mengatakan, dewasa ini perhatian masyarakat terhadap aneka kerajinan tradisional semakin meningkat seiring semakin gencarnya upaya pemerintah melestarikannya.
Songket Batubara sekarang ini merupakan kebudayaan sumatera utara yang cukup naik daun. Buktinya Negara lain seperti malysia, singapura dan brunei Darussalam pun berminat untuk memiliki kerajinan asal sumatera utara ini. Bahkan beberapa tahun belakangan ini ada kabar yan menyampaikan bahwa Kerajaan Malaka, Malaysia menggunakan Songket Batubara sebagai pakaian kebesaran kerajaan. Dimana hal itu dimulai dari sayembara yang diselenggarakan Kerajaan Malaka pada tahun 2006 dalam mencari produk songket yang akan dijadikan pakaian kebesaran kerajaan. Saat itu terdapat lima daerah yang terpilih untuk mengikuti sayembara yakni Aceh, Sambas, Pekanbaru, Batubara dan Palembang. Tetapi, yang terpilih akhirnya adalah Songket Batubara sebagai satu-satunya pakaian kebesaran. Pada Tahun 2008 Kerajaan Malaka memesan sebanyak 150 potong kain songket dan tahun 2009 naik menjadi 200 potong kepada Hj. Ratna. Setiap helai kain songket dihargai Rp 2 juta hingga Rp 4 juta tergantung motif dan jenis. Dan hingga sekarang motif songket batubara juga mengalami penambahan dan variasi dan di Kabupaten Batubara songket tersebut sering dijadikan sebagai cenderamata bagi tamu-tamu yang berkunjung ke Batubara.
Kota ini juga menyimpan keunikan tersendiri, yaitu adanya becak bermesin atau yang biasa disebut dengan becak motor. Becak motor ini menimbulkan bunyi yang keras. Motor ini yang biasa dipergunakan sebagai penggerak becak dibuat sejak tahun 1941, 1948, 1952 oleh inggris. Becak ini memang berbeda dengan becak di kota-kota lain dan merupakan ciri khas dari daerah sumatera utara. Bisnis pariwisata becak motor ini cukup berkembang pesat walau menyebabkan polusi udara tetapi, efektif dalam
perjalanan yaitu selain cepat, becak motor juga dapat menghindari diri kita dari hujan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar